Sejak 2012 awal saya pakai Android, dan pada waktu itu saya juga tahu namanya root. Root sama dengan memberikan akses masuk pada smartphone untuk melakukan pengubahan tertentu. Pengubahan ini bisa berupa hapus aplikasi bawaan, ubah tampilan theme homescreen, dan lain-lain.
Banyak pengguna smartphone melakukan root hanya untuk memodifikasi, entah itu berupa tampilan, sistem maupun yang sekedar instal aplikasi/game yang seharusnya harus berbayar menjadi gratis. Dengan root juga, pengguna bisa memaksimal smarpthone-nya, seperti yang tadinya misalkan memorinya sesak jadi berkurang atau yang tadinya agak lemot, jadi berkurang.
Dari yang saya baca di internet, melakukan root pada smarpthone Android itu akan membuat smartphone tersebut jadi rentan terkena virus atau malware. Ada benarnya juga karena yang tadinya sistemnya tertutup dijadikan terbuka, jadi lebih besar risikonya. Saya sendiri sih belum pernah alami seingat saya (jangan sampailah ya), tapi pernah sekali saat scan dengan antivirus, ditemukan file yang mencurigakan.
Saya melakukan root waktu 2012 itu pada smartphone Sony Ericsson Xperia mini (ST15i). Hal tersebut saya lakukan karena memang ada masalah pada ponsel tersebut. Layar sentuhnya kadang menolak eksekusi (di internet, problem ini disebut overheating). Saya nggak bisa ingat waktu itu memang panas atau nggak, yang jelas, ST15i alami overheating. Setelah saya cari tahu solusinya di internet, cara mengatasinya harus melakukan root dan instal Gscript. Waktu itu juga saya root smarpthone lihat tutorialnya dulu di internet. dan hasilnya berhasil, problem hilang. Nah, bagi saya root kurang ada manfaatnya. Lagipula saya kurang suka dengan memodifikasi ponsel. Setelah ganti smartphone bahkan hingga sekarang, tak ada root lagi. Bagi saya RAM 3 GB atau 4 GB meski tampilan terlihat sederhana, tetap bisa diandalkan untuk berbagai keperluan. Asalkan tidak ada kendala, tidak ada masalah seputar software / hardware yang membandel, tidak ada lag yang mengganggu, itu sudah cukup
Tidak ada komentar:
Posting Komentar