Menurut hasil riset Canalys, pasar smartphone di Indonesia tumbuh 17,1 persen di tahun 2018. Dari hasil tabel di atas, terlihat bahwa ponsel Cina mendominasi pasar smarpthone. Dan Samsung masih tetap bertengger di atas, memimpin pangsa pasar smartphone di Indonesia.
Kehadiran produk-produk baru Samsung memang cukup diminati konsumen. Memang dari tabel terlihat Samsung berhasil memperoleh market share 25,4 persen di kuartal IV 2018, namun bila melihat pertumbuhan year-on-year, Samsung agak melambat di angka 15% pada tahun 2018 dibanding tahun 2017 yang mencapai 20,9 persen.
Nomor dua ditempati Xiaomi, vendor satu ini memang gencar merilis produk baru, yang memiliki spesifikasi menawan. Xiaomi memperoleh 8 juta unit penjualan ponsel sepanjang 2018, meroket jauh dari 2 juta di tahun 2017. Tampaknya strategi Xiaomi bekerja sama dengan Erajaya begitu tepat dan jadi alat marketing Xiaomi untuk penetrasi sejak kuartal IV 2017 pada penjualan offline. Menurut Canalys, Xiaomi kurang diferensiasi, yang artinya perlu berbagai macam produk yang harus diluncurkan untuk menghadapi persaingan ponsel dengan kompetitor lain.
Oppo di urutan ketiga agak lesu pada tahun ini. Oppo mencatat pertumbuhan 0,8 persen, ini yang terlemah sejak kuartal III 2017. Menurut Canalys, Oppo lamban merespon pasar yang enggan dengan ponsel harga terjangkau di level menegah. Memang, Oppo da sub brand Realme, namun Canalys tidak menyebut soal Realme.
Setelah Oppo, yang keempat ditempati Vivo dengan market share tumbuh 15,9 persen. Nah, posisi terakhir ditempati Advan. Merk lokal menjadi urutan yang kelima, tergerus oleh kuatnya smartphone dari Cina. Advan meraih market share 4,1 persen, namun pengiriman ponselnya turun 25% secara year-on-year. Menurut Canalys, ponsel lokal sulit untuk bersaing dengan ponsel asing.
Sumber: kompas.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar